Terdapat berbagai bentuk dan bahan pondasi yang saat ini diterapkankan untuk mendukung bangunan. Bahan pondasi umumnya dibuat dari bahan yang tahan terhadap umur dan pengaruh tanah dimana pondasi tersebut di pasang. Secara umum dapat di golongkan menjadi pondasi dangkal dan pondasi dalam. Walau belum ada rekomendasi yang tepat tentang batasan kedalaman pondasi, untuk keperluan praktis, pondasi dengan kedalaman < 2.50 meter merupakan pondasi dangkal. Pondasi dapat berbentuk umpak (footing), pondasi memanjang (strip) maupun pondasi pancang.
Pondasi dangkal yang paling sederhana adalah pondasi umpak dari bahan pasangan maupun dari beton. Untuk menahan beban bangunan relatif ringan, pondasi umpak ini cukup kuat dan dapat diselenggarakan pada permukaan tanah. Sedangkan untuk pondasi dalam tiang dapat berupa pondasi pancang dari bahan kayu, beton ataupun baja, hingga pondasi sumuran. Bentuk-bentuk pondasi ditunjukkan pada Gambar 5.14.
BACA JUGA : SEWA EXCAVATOR JOGJA
Pondasi telapak (Footing Foundation)
Pondasi ini umumnya diterapkan di atas tanah asli relatif keras dan atau tanah urugan yang telah dipadatkan dengan tingkat kepadatan tertentu yang disyaratkan. Prinsip utama dari pondasi telapak ini adalah mengandalkan luasan telapak untuk memindahkan beban dinding atau kolom. Bahkan jika ternyata tanah cukup keras, dinding menerus dapat difungsikan sebagai pondasi.
Pondasi telapak dapat berupa bahan pasangan batu, bahan beton tak bertulang maupun beton bertulang. Macam bentuk pondasi ini dapat dilihat pada Gambar 5.15.
Untuk maksud ketahanan terhadap adanya pengaruh kemiringan tanah dan gempa, pondasi ini memerlukan struktur pengikat baik berupa balok pengikat miring (grade beam) maupun balok pengikat (tie beam). Ilustrasi bentuk pondasi pada tanah miring ditunjukkan pada Gambar 5.16.